Hari ini saya mau ngobrol tentang satu hal yang mungkin kalian juga pernah alami di tempat kerja, tidak semua rekan kerja itu teman.
Iya, beneran! Terkadang, kita berharap bisa menjalin hubungan yang lebih dekat dengan rekan kerja, tapi kenyataannya bisa jauh dari harapan.
Saya ingat waktu itu, saya berpikir bahwa semua orang di kantor bisa menjadi sahabat. Saya sering menghabiskan waktu dengan beberapa rekan kerja, berbagi cerita tentang kehidupan pribadi, dan saling mendukung.
Tapi, seiring waktu, saya menyadari bahwa beberapa orang sebenarnya hanya tertarik pada keuntungan pribadi mereka sendiri.
Misalnya, ada rekan kerja yang terlihat asyik, tapi sebenarnya dia hanya mencari tahu informasi untuk mempromosikan dirinya.
Rasanya seperti ditusuk dari belakang, ya.
Satu pelajaran berharga yang saya ambil dari pengalaman ini adalah bahwa kita semua memiliki tujuan yang berbeda di tempat kerja.
Ada yang ingin naik jabatan dengan cepat, sementara yang lain lebih suka pulang cepat setelah jam kerja. Hal ini bisa menciptakan suasana kompetitif yang tidak nyaman.
Pernah ada situasi di mana saya merasa tertekan karena merasa seperti harus “menyaingi” rekan kerja untuk mendapatkan perhatian atasan.
Saya juga belajar bahwa ada batasan profesional yang perlu dijaga.
Misalnya, saya ingat suatu ketika, saya bercerita tentang masalah pribadi kepada rekan kerja, berharap dia bisa memberi saran.
Tapi, tanpa saya sadari, cerita itu malah sampai ke telinga orang lain dan jadi bahan gosip.
Duh, rasanya seperti malu banget!
Baca Juga : Cara Membuat Orang Lain Tidak Betah Kerja Karena Dia Tidak Kompeten
Setelah mengalami hal-hal tidak menyenangkan itu, saya jadi lebih peka terhadap tanda-tanda rekan kerja yang sebenarnya bukan teman.
Misalnya, jika ada yang selalu bersikap kompetitif, bahkan dalam hal-hal kecil, seperti siapa yang paling cepat menyelesaikan tugas, hati-hati deh.
Dan kalau dia hanya menghubungi kita saat butuh bantuan, bisa jadi itu pertanda.
Gosip di kantor juga jadi sinyal. Ketika ada rekan kerja yang suka membicarakan orang lain, ingat, kemungkinan besar dia juga akan membicarakan kita.
Saya pernah punya rekan yang selalu memamerkan prestasi, awalnya saya pikir dia hanya bersemangat.
Eh, ternyata dia hanya mencari perhatian untuk mendapat promosi jabatan baru.
Sangat kecewa sih, tapi itu pelajaran berharga!
Baca Juga : Cara Meningkatkan Kepuasan Kerja
Nah, dengan pengalaman itu, saya mulai mengerti bahwa menjaga jarak dengan rekan kerja bisa ada manfaatnya.
Salah satunya adalah saya bisa lebih objektif dalam menilai kinerja mereka.
Tidak ada pengaruh emosi yang mengganggu keputusan. Kalau ada konflik, menyelesaikannya jadi lebih mudah, karena kita tidak terjebak dalam perasaan pribadi.
Kejadian lain yang mengingatkan saya tentang pentingnya menjaga jarak adalah saat saya terlalu dekat dengan seorang rekan.
Ketika dia melakukan kesalahan, saya merasa tidak enak hati untuk menegur. Akhirnya, masalah itu jadi makin besar dan terasa tidak profesional.
Baca Juga : Cara Menjaga Standar Tinggi dalam Pekerjaan
Tapi, ada risiko juga, lho, jika kita menganggap semua rekan kerja teman. Salah satu risiko terbesar adalah kita bisa dimanfaatkan.
Saya pernah diminta tolong untuk menggantikan kelas, eh, dia malah pergi jalan-jalan di mal. Rasanya pengen teriak, “Serius?!”
Selain itu, kita juga mungkin kesulitan memberi kritik. Bayangkan, kalau kita harus bilang kepada teman dekat bahwa cara kerjanya kurang tepat.
Akan ada rasa canggung yang muncul, kan? Dan kalau suasana kantor jadi tidak nyaman karena drama yang muncul, bisa-bisa kita kehilangan fokus pada pekerjaan.
Lalu, bagaimana caranya menjaga hubungan profesional yang sehat? Pertama, tetap ramah tapi ingat batas.
Sapa dan tanya kabar, tapi tidak perlu tahu semua detail kehidupan pribadi mereka. Batasi juga berbagi informasi. Tidak semua orang harus tahu masalah pribadi kita.
Kalau ngobrol, coba fokus pada pekerjaan. Boleh saja membahas hobi, tetapi jangan sampai terjebak dalam gosip.
Saya ingat satu rekan kerja yang sangat ramah, tetapi setiap kali kami bertemu, pembicaraannya selalu melenceng ke gosip.
Akhirnya, saya memutuskan untuk menjauh sedikit agar tetap fokus.
Baca Juga : Cara Efektif Membangun Relasi Antar Rekan Kerja di Lingkungan Kantor
Tentu saja, bukan berarti kita tidak boleh punya teman di kantor. Ada kalanya rekan kerja bisa jadi teman sungguhan.
Misalnya, jika kita memiliki nilai dan prinsip yang sama, atau sudah saling mengenal lama dan membangun kepercayaan.
Saya punya satu teman yang sudah seperti saudara sendiri. Kami bisa berbagi banyak hal, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi.
Tapi, itu semua butuh waktu dan pengertian. Kita harus bisa memisahkan urusan pekerjaan dan pribadi agar tidak terjadi masalah.
Nah, jika ada konflik dengan rekan kerja yang bukan teman dekat, tetaplah profesional. Jangan bawa emosi ke dalam diskusi.
Saya pernah berselisih dengan seorang rekan tentang metode mengajar.
Untungnya, kami bisa menyelesaikannya dengan baik, dengan fokus pada solusi yang terbaik untuk murid.
Baca Juga : Cara Meningkatkan Produktivitas di Tempat Kerja
Dan ingat, meskipun tidak semua rekan kerja bisa menjadi teman, penting untuk melakukan networking. Networking itu lebih tentang hubungan profesional, saling membantu dalam konteks pekerjaan.
Saya lebih suka membangun hubungan yang fokus pada perkembangan karir, seperti ikut seminar bersama dan berdiskusi tentang metode mengajar.
Jadi, intinya adalah, tidak semua rekan kerja itu teman, dan itu tidak apa-apa. Tetap ramah, tapi jaga batas profesional.
Fokus pada networking daripada mencari sahabat di kantor.
Jika ada konflik, selesaikan secara dewasa dan profesional. Kita datang ke kantor untuk bekerja, bukan mencari teman, tetapi bukan berarti kita harus bersikap kaku.
Hari ini saya mau ngobrol tentang satu hal yang mungkin kalian juga pernah alami di tempat kerja: tidak semua rekan kerja itu teman.