Pernah nggak sih, kalian merasa ada rekan kerja yang diam-diam kayaknya pengin menjatuhkan?
Ya, situasi ini nggak cuma bikin frustasi, tapi juga bisa mengganggu kinerja dan bahkan bikin kita ragu sama diri sendiri.
Saya ingat banget, beberapa tahun lalu, saya pernah ada di posisi itu, dan pelajaran yang saya dapatkan sangat berharga.
Waktu itu, saya baru dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi, dan ada satu rekan kerja yang rasanya langsung berubah.
Awalnya dia biasa aja, tapi lama-lama dia mulai sering mengkritik, menyebar rumor, dan sengaja membuat saya terlihat buruk di depan atasan.
Jujur, rasanya campur aduk—antara marah, kecewa, dan nggak tahu harus ngapain.
Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman itu: kenali tanda-tandanya lebih awal. Kalau seseorang mulai sering membicarakan kita di belakang atau sengaja mencari-cari kesalahan yang nggak perlu, itu udah lampu merah.
Misalnya, dulu rekan saya ini suka ngebohongin saya tentang jadwal meeting yang penting. Hasilnya, saya jadi telat dan terlihat nggak profesional di mata atasan.
Tanda-tanda kayak gini kadang samar-samar, tapi kalau udah berkali-kali terjadi, kita harus waspada.
Kadang mereka juga suka membelokkan cerita ke atasan, bikin kita terlihat malas atau nggak kompeten.
Saya ingat dia pernah bilang ke bos, “Kayaknya sih dia terlalu sibuk sama proyek lain,” padahal saya udah selesain tugas sebelum deadline.
Baca Juga : Cara Efektif Membangun Relasi Antar Rekan Kerja di Lingkungan Kantor
Masalah kayak gini nggak cuma bikin pekerjaan lebih berat, tapi juga bisa menyerang mental kita.
Saya nggak bohong, ada momen di mana saya hampir kehilangan kepercayaan diri. Rasanya kayak: “Apa saya memang nggak cukup baik? Apa saya salah?”
Tapi di titik itu, penting banget untuk tetap ingat siapa kita sebenarnya.
Saya mulai menguatkan diri dengan beberapa hal kecil yang positif, mencatat semua pencapaian saya setiap hari.
Ini mungkin terdengar sepele, tapi ini membantu saya menjaga mental health tetap stabil.
Saya juga mulai cerita ke teman-teman kantor yang bisa dipercaya.
Bukan buat gosip, tapi lebih untuk curhat dan dapet pandangan objektif. Kadang kita butuh orang lain buat mengingatkan kita kalau kita sebenarnya cukup baik.
Baca Juga : Cara Meningkatkan Kepuasan Kerja
Nah, gimana cara menghadapinya?
Dari pengalaman saya, kuncinya adalah jangan bereaksi berlebihan. Pertama-tama, tetap tenang. Kalau kita marah atau merespon balik dengan cara yang sama, itu cuma bikin kita terlihat buruk juga.
Saya mulai dengan fokus pada kualitas kerja saya. Semakin baik pekerjaan saya, semakin sulit bagi dia untuk mencari celah.
Jaga profesionalisme di setiap langkah. Saya juga mulai mencatat semua interaksi yang terasa “aneh.” Jadi, kalau suatu saat perlu menjelaskan ke HR atau atasan, saya punya bukti yang jelas.
Satu kesalahan yang pernah saya lakukan adalah mencoba menghadapinya langsung.
Waktu itu, saya mendekati dia dan bilang, “Kenapa sih kamu selalu mengkritik pekerjaan saya?” Bukannya selesai, dia malah makin defensif dan masalah makin runyam.
Kadang, nggak semua konflik bisa dihadapi secara langsung. Ada saatnya kita harus pintar memilih kapan berbicara dan kapan diam.
Baca Juga : Cara Membuat Orang Lain Tidak Betah Kerja Karena Dia Tidak Kompeten
Jangan menunggu sampai masalah makin parah. Langkah paling efektif yang saya ambil adalah membangun hubungan baik dengan rekan kerja lainnya.
Ini bikin posisi kita jadi lebih kuat karena punya support system.
Nggak perlu menjilat, tapi tunjukkan keprofesionalan dan integritas dalam pekerjaan sehari-hari.
Saya juga mulai mencari mentor di kantor. Orang ini yang akhirnya banyak membantu saya ketika situasi mulai memanas.
Dia memberi saya saran yang konkret: “Jangan pernah main di level mereka. Kamu tunjukkan dengan hasil kerja, bukan kata-kata.”
Mentor ini juga mengajarkan saya pentingnya menjaga komunikasi terbuka dengan atasan.
Kalau ada yang ganjil, laporkan dengan tenang, jangan emosi. Jangan sampai kita terjebak dalam permainan drama di kantor.
Baca Juga : Masalah yang Sering Terjadi di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya
Ada momen di mana saya merasa, “Ini nggak bisa saya hadapi sendirian.” Itu saatnya melibatkan HR atau bahkan atasan.
Pastikan dulu kita punya bukti yang kuat, misalnya email atau catatan interaksi, sebelum menghadap mereka.
Ketika saya akhirnya memutuskan untuk bicara dengan HR, saya melakukannya dengan kepala dingin dan data yang lengkap.
Terkadang, langkah ini penting kalau masalahnya udah terlalu parah.
Saya pernah berpikir, “Ah, nanti juga selesai sendiri.” Tapi kenyataannya, masalah seperti ini jarang selesai kalau nggak kita atasi dengan serius.
Baca Juga : Cara Menjaga Standar Tinggi dalam Pekerjaan
Salah satu pelajaran terbesar yang saya dapatkan adalah: jangan biarkan mereka mempengaruhi kita secara emosional.
Ada satu momen di mana saya akhirnya sadar bahwa nggak semua orang di kantor punya niat baik. Dan itu nggak masalah, selama kita tahu cara menghadapinya.
Kesalahan saya dulu adalah terlalu memikirkan apa kata orang, terutama orang yang mencoba menjatuhkan.
Tapi pada akhirnya, apa yang paling penting adalah menjaga integritas dan terus melakukan pekerjaan dengan baik.
Kita nggak bisa kontrol apa yang orang lain lakukan, tapi kita bisa kontrol bagaimana kita merespon.
Jadi, kalau kalian berada di situasi seperti ini, ingatlah untuk tetap tenang, catat segala sesuatu, dan tunjukkan kualitas melalui hasil kerja.
Percayalah, pada akhirnya, integritas akan berbicara lebih kuat daripada gosip atau sabotase rekan kerja.
Pernah nggak sih, kalian merasa ada rekan kerja yang diam-diam kayaknya pengin menjatuhkan? Ya, situasi ini nggak cuma bikin frustasi, tapi juga bisa mengganggu kinerja dan bahkan bikin kita ragu sama diri sendiri.